A.
Pengertian
Public Relation
Public
Relation atau hubungan masyarakat (humas) secara umum dapat diartikan sebagai
semua kegiatan yang dilakukan oleh suatu lembaga atau organisasi, dan badan
usaha melalui para petugas public
relation (PRO) untuk merumuskan organisasi atau struktur dan komunikasi
guna menciptakan saling pengertian yang lebih baik antara lembaga itu dengan
khalayaknya (orang-orang yang harus selalu dihubunginya.
Sedangkan devinisi menurut para
ahli yaitu sebagai berikut:
a) Definisi
Menurut (British) Institute
of Public Relations (IPR)
dalam Frank Jefkins
PR
adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan
dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good-will) dan saling
pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayak
b) Definisi
Menurut Frank Jefkins
PR
adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke
luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.
c) Devinisi
menurut Edward L. Bernays
Public
Relation adalah usaha yang bertujuan untuk memberi informasi pada masyarakat,
membujuk masyarakat untuk mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat serta
usaha untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan dengan sikap
perbuatan masyarakat dan sebaliknya.
B. Fungsi
dan Peran Public Relation
PR sebagai alat manajemen modern, maka secara struktural merupakan
bagian integral dari suatu kelembagaan atau organisasi, artinya PR bukanlah
merupakan fungsi terpisah dari fungsi kelembagaan atau organisasi tersebut.
Sejalan dengan konsep PR yang berkembang kini adalah konsep yang menekankan
pentingnya komunikasi dua arah, menurut Howard Childs (Ngurah, 1999:5), fungsi
dasar PR bukan untuk menampilkan pandangan organisasi atau seni sikap publik,
tetapi untuk melakukan rekonsiliasi atau penyesuaian terhadap kepentingan
publik setiap aspek pribadi organisasi maupun perilaku perusahaan yang punya
signifikan sosial. Jadi di sini PR berfungsi membantu organisasi melakukan
penyesuaian terhadap lingkungan tempat organisasi tersebut beroperasi.
Konsep tersebut punya konsekuensi penting, karena penyesuaian
organisasi mengisyaratkan sebuah fungsi yang berada pada level manajemen
organisasi. Konsep ini menekankan pentingnya tindakan-tindakan perbaikan yang
harus dilakukan organisasi di samping usaha-usaha untuk berkomunikasi. PR
sebagai fungsi manajemen berkaitan dengan bagaimana sebuah organisasi menyusun
kebijakan sehingga memperlihatkan sebuah kinerja yang bertanggungjawab. Ini
berkaitan dengan kenyataan bahwa penampilan yang bertanggungjawab merupakan
dasar penerimaan publik terhadap sebuah organisasi. Hal ini berarti, PR sebuah
organisasi tidak semata-mata menjadi tanggungjawab praktisi PR tetapi harus
menjadi tanggungjawab para pengelola organisasi tersebut. Praktisi PR dalam konteks
PR sebagai fungsi manajemen harus membantu organisasi dalam membangun
filosofi-filosofinya, mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan , beradaptasi
dengan lingkungannya dan bisa sukses dalam berkompetisi merebut sumber-sumber
bagi kelangsungan hidup organisasi. Seperti yang dikatakan Baskin dan Aronoff
(Ngurah,1999:9), ”All managers, indeed, virtually all employees, represent
their organization to some public”.
PR sebagai fungsi komunikasi, perlu
dipahami bahwa kegiatan utama PR adalah melakukan komunikasi. PR sebagai fungsi
staff khusus yang melayanani para pemimpin organisasi, khususnya dalam membantu
organisasi berkomunikasi dengan publik-publiknya. Onong (1998:36) mengemukakan
bahwa fungsi PR meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.
b. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan
menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini
publik pada perusahaan.
c. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan organisasi
untuk kepentingan umum.
d.
Membina hubungan secara
harmonis antara organisasi dengan publik, baik internal maupun eksternal.
Fungsi PR
menyelenggarakan komunikasi dua arah secara lebih terinci dijelaskan oleh
Bachtiar Aly (1999) sebagai berikut:
1. Memberikan penerangan yang berkaitan dengan kepentingan
organisasi dan kepentingan khalayak dengan cara-cara yang sesuai dengan
jamannya.
2. Mengukur dan menafsirkan sikap, pendapat dan perilaku masyarakat
terhadap organisasi, sehingga tercapainya misi pesan yang dikehendaki
3. Merumuskan kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan
pengertian masyarakat terhadap aktivitas lembaga/perusahaan guna memperoleh
dukungan publik.
4. Melaksanakan dan mengembangkan setiap program yang berhubungan
dengan usaha untuk menciptakan saling pengertian antara organisasi dan
masyarakat, sehingga terjalin kerjasama yang diharapkan.
5.
Melakukan evaluasi internal sejauhmana terjalinnya kerjasama harmonis dan sampai
dimana telah terciptanya persepsi positif masyarakat dan citra organisasi yang
didambakan.
Jadi jelaslah bahwa PR bukan sekedar
fungsi teknis tetapi merupakan fungsi manajerial yang bertanggungjawab atas
terselenggaranya suatu hubungan yang signifikan antara organisasi dengan publik
(stakeholder) nya. PR adalah sebuah fungsi strategik di tingkat
korporasi. PR adalah jembatan, pembangun dan pemelihara harmoni antara
organisasi dan lingkungannya. Dengan harmoni, saling pengertian yang lebih baik
antara organisasi dengan publiknya, citra positif organisasi diharapkan
terbentuk dan menguat. PR memiliki visi membangun dan memelihara citra
organisasi sebagai korporasi yang berhasil, baik secara ekonomi maupun sosial.
Karena korporasi yang berhasil, akan diterima masyarakat sebagai bagian dari
aset mereka, aset suatu bangsa/negara.
Dalam kaitan menjalankan fungsi membina saling pengertian dengan
publiknya menurut Indrawadi Tamin (2004) ada empat peran yang dapat dimainkan
oleh PR , yaitu:
1. Interpreter atau in
the middle, yaitu PR berperan sebagai sumbu antara manajemen dengan publik
internal maupun eksternal. PR harus mampu menginterpretasikan dinamika dan
kebutuhan serta perilaku publik terhadap manajemen dan sebaliknya. Untuk bisa
memikul peran ini, PR harus punya akses pada manajemen bahkan top manajemen.
2. Lubricant, pelumas
atau pelicin untuk terciptanya hubungan internal yang harmonis dan efisien.
Peran ini memungkinkan PR mencegah timbulnya kemungkinan friksi-friksi atau
perpecahan dalam organisasi.
3. Monitoring dan
Evaluasi. Peran ini untuk mengantisipasi setiap perubahan yang mungkin saja
berdampak negatif terhadap organisasi.
4.
Komunikasi. komunikasi dilakukan baik pada publik eksternal maupun internal
untuk terciptanya saling pengertian.
C. Kode Etik dan Aspek Public Relation
Sebagaimana lazimnya
kaum profesional, praktisi humas (public relations)
memiliki etika profesi atau kode etik humas yang harus ditaati.
Kode etik praktisi humas meliputi:
1.
Code of conduct –etika perilaku sehari-hari terhadap integritas pribadi, klien dan
majikan, media dan
umum, serta perilaku terhadap rekan seprofesi.
2.
Code
of profession – etika dalam
melaksanakan tugas/profesi humas.
3.
Code
of publication – etika dalam
kegiatan proses dan teknis publikasi.
4.
Code
of enterprise –menyangkut aspek
peraturan pemerintah seperti hukum perizinan dan usaha, hak cipta, merk, dll.
Sedangkan
aspek penting yang harus ada dalam public relation adalah:
1.
.Pentingnya aspek pelayanan untuk public relation
untuk mengatur, mengotomatisasi, dan
sinkronisasi proses-prinsipnya bisnis penjualan kegiatan, tetapi juga
orang-orang untuk pemasaran , layanan pelanggan , dan dukungan teknis . Tujuan
keseluruhan adalah untuk menemukan, menarik, dan menang klien baru, memelihara
dan mempertahankan orang-orang perusahaan sudah memiliki, menarik mantan klien
kembali ke flip, dan mengurangi biaya pemasaran dan pelayanan klien. Manajemen
hubungan pelanggan menggambarkan strategi perusahaan-lebar bisnis termasuk
antarmuka pelanggan departemen serta departemen lainnya.
Contoh : bersikap ramah tamah terhadap clien
2.
Pentingnya
aspek komunikasi untuk public relation
perubahan dengan memasukkan aspek
komunikasi atau hubungan dua arah (two-way communications). Definisi mengenai
humas kemudian memasukkan kata-kata seperti reciprocal (timbal balik), mutual
(saling) dan between (antara). Dengan demikian pengertian humas sudah
mengandung pengertian aksi timbal balik (interaktif).
Contoh: Sebelum melakukan pengumuman, PR harus melibatkan
pembuat kebijakan kunci untuk menerima reaksi dan umpan balik. PR menggunakan
informasi untuk mengembangkan sebuah rencana aksi dirancang untuk meminimalkan
resiko politik dan kemudian melaksanakan rencana sesuai dengan pengumuman.
3.
Pentingnya
aspek kesetiaan untuk public relation
Mempengaruhi perilaku orang secara individu maupun kelompok
saat saling berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, dimana persepsi,
sikap dan opini untuk mencapai suatu kesuksesan sebuah perusahaan dimana dia
berada
Contoh; menjadikan orang-orang lain memahami suatu pesan,
demi menjaga reputasi atau citra lembaga yang diwakilinya.
4.
Pentingnya
aspek produktivitas untuk public relation
Filosofi dan spirit tentang
produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia karena makna produktivitas
adalah keinginan ( the will) dan upaya (effort )untuk selalu meningkatkan
kualitas kehidupan dan penghidupan disegala bidang(Sedermayanti,
1996:142).Pandangan yang lebih mengandung arti filosofi itu memberi arti dan spirityang
cukup mendalam dan memungkinkan setiap orang yang memahaminya memandang kerja,
baik secara individual maupun kelompok dalam suatu organisasi sebagai suatu
keutamaan dalam hal mengutamakan bekerja dengan mengacu kepada unsur efisiensi
dan efektivitas yang merupakan penjabaran secara teknis dari konsep
produktivitas.
Menurut Dewan Produktivitas Nasional
Indonesia 1983, dikatakan bahwa produktivitas mengandung pengertian sikap
mental (attitude of mind ) yang selalu mempunyai pandangan :´Mutu kehidupan
hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari
ini´. Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan terbalik
antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang
digunakan (
input ). (Sedermayanti,2009: 197).Dapat dikatakan bahwa
kinerja sebagai suatu hasil atau output dari suatuproses pelaksanaan tugas akan
berpengaruh terhadap produktivitas/kerja. Semakin baik kinerja seorang pegawai,
berarti pegawai tersebut juga semakin produktif atau produktivitas kerjanya
semakin meningkat
Contoh: Merancang pesan tematik agar pesan yang disampaikan
oleh organisasi memiliki keseragaman/ keterkaitan pesan. Melakukan segmentasi
media, dimana seorang humas harus mampu memformulasikan
5. Pentingnya aspek etika dan moral untuk public relation
Public Relation adalah merupakan
salah satu profesi yang memiliki kode etik. Dalam Public Ralation kode etik
disebut sebagai kode etik Publik Relation atau kode etik kehumasan atau etika
profesi humas. Dalam buku Etika Kehumasan karangan Rosady Ruslan disebutkan
bahwa etika profesi humas merupakan bagian dari bidang etika khusus atau etika
terapan yang menyangkut demensi sosial, khususnya bidang profesi. Kegiatan
Humas atau profesi Humas (Public Relation Professional), baik secara
kelembagaan atau dalam stuktur organisasi (Public Relation by Function) maupun
individual sebagai penyandang professional Humas (Public relation Officer by
Professional) berfungsi untuk menghadapi dan mengantisipasi tantangan kedepan,
yaitu pergeseran sistem pemerintahan otokratik menuju sistem reformasi yang
lebih demokratik dalam era globaluisasi yang ditandai dengan unculnya kebebasan
pers, mengeluarkan pendapat, opini dan berekspresi yang terbuk, serta kemampuan
untuk berkompetitif dalam persaingan pasar bebas, khususnya di bidang jasa
teknologi informasi dan bisnis lainnya yang mampu menerobos batas- batas
wilayah suatu negara, sehingga dampaknya sulit dibendung oleh negara lain
sebagai target sasarannya.
Contoh: tidak menggunakan metode yang
menghina klien atau majikan lain
D. Menciptakan
hubungan yang harmonis dengan lingkungan atau Masyarakat
Hubungan
dengan masyarakat (communityrelation) perlu dibina terutama bila organisasi
atau perusahaan akan memulai suatu usaha atau kegiatan yangdiharapkan dapat
mempengaruhi kehidupan lingkungan dimana kegiatan itu dilakukan. Dalam hal ini
yang perlu diperhatikan antara lain ialah : apakah lingkungan tersebut
mempunyai opinion leader yang perlu
didekati lebih dulu, karena dalam komunikasi dengan masyarakat, peranan opinion leader sampai sekarang sangat
penting, terutama di daerah pedesaan, demi keberhasilan atau efektifnya
komunikasi.
Untuk
memperoleh hasil yang optimal, diperlukan program yang memungkinkan terjadinya
komunikasi tatap-muka (face-to-face
communication) dengan masyarakat. Selain untuk memperoleh gambaran yang
nyata mengenai opini dan simpati masyarakat, program komunikasi tatap muka yang
dilakukan dengan “kunjungan dari rumah ke rumah” juga memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk menyampaikan reaksi secara langsung terhadap lembaga /
instansi yang bersangkutan.
Program
komunikasi tatap muka dapat diadakan dengan menggunakan alat bantu, seperti:
1. Penyelenggaraan
pameran yang bersifat umum dan tematik (berdasarkan topik atau tema tertentu).
2. Pemberian
ceramah attas inisiatif sendiri atau atas permintaan masyarakat.
3. Pemutaran
pertunjukan film/hiburan yang temanya ada hubungan dengan organisasi/perusahaan
yang bersangkutan.
4. Pengaturandan
penawaran open house yang merupakan undangan kepada masyarakat lingkungan untuk
mengunjungi lembaga.
5. Penyelenggaraan
acara-acara pertunjukan/kesenian rakyat tradisional yang bersifat hiburan untuk
masyarakat sekelilingnya.
Sedangkan
menurut Kotler (1995) Untuk mengkomunikasikan apa dan bagaimana suatu
organisasi agar dipahami oleh publiknya, PRO dapat menggunakan berbagai media ,
sarana, alat, yang dipilih sesuai dengan tujuan komunikasi dan sasaran
khalayak. Kotler mengidentifikasikan delapan alat yang bisa digunakan yaitu:
1. Written material. Organisasi secara
ekstensif menggunakan material tertulis untuk berkomunikasi dengan publick.
Laporan tahunan, catalog, majalah karyawan, majalah alumni, poster,
pamplet,merupakan peralatan material yang sering digunakan. Para pelaksana
hubungan masyarakat karus mempertimbangkan fungsi, estetika, dan biaya
masing-masing material di atas.
2. Audiovisual Material
and Software. Pada masa lalu, organisasi membuat presentasi, menjawab pertanyaan,
dan mengirim brosur keberbagai kelompok masyarakat untuk menyebarkan informasi.
Pada saat ini ,telah memungkinkan dibuat material audiovisual dengan
menggunakan compact disk agar prersentasi lebih efektif dan menarik.
3. Institutional-Identity Media. Dalam masyarakat yang
kompetisinya tinggi, organisasi harus bersaing untuk mendapatkan perhatian
publik. Setiap organisasi seharusnya menciptakan identitas visual yang dengan
segera bisa dikenali publik Identitas bisa dibuat dalam seluruh media yang
permanen, misalnya logo, alat-alat tulis, catalog, kartu nama, brosur, bangunan
seragam, dan lain-lain.
4. News. Menciptakan berita yang memberikan keuntungan pada
organisasi. Penciptaan berita yang menarik dan jujur akan meningkatkan citra
organisasi. Pemilihan media untuk menyampaikan berita merupakan hal yang
penting., oleh karenanya pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan media
penyampai berita akan membantu keputusan pemilihan media yang efektif.
5. Event. Organisasi dapat memunculkan hal yang layak
dijadikan berita dengan menciptakan peristiwa-peristiwa yang menarik perhatian
bagi publik sasaran. Pertistiwa tersebut bisa berbentuk konferensi nasional,
seminar, ulang tahun organisasi dan lain-lain. Agar kegiatan tersebut menjadi
sumber berita, pihak organisasi perlu mengadakan konferensi pers.
6. Speechess. Pihak organisasi menyediakan diri untuk menjadi
narasumber dalam berbagai acara baik di televisi, radio, seminar. Demikian juga
menjadi sumber berita untuk Koran dan majalah.
7. Telephone Informational
Services. Organisasi menyediakan saluran telepon yang bebas pulsa yang
digunakan untuk kepentingan public sasaran. Penyediaan saluran telepon ini
dimaksudkan sebagai cara organisasi memperlihatkan kepeduliannya kepada
masyarakat, misalnya saluran telepon pengaduan.
8. Personal Contact.
Hubungan masyarakat membangun dan melibatkan kontak antar kelompok baik di
dalam maupun di luar organisasi . Kelompok tersebut misalnya dosen, mahasiswa,
karyawan, alumni dan orang tua. Interaksi yang mereka lakukan akan memberi
kesan tertentu bagi organisasi. Kesan yang mereka buat akan mempunyai dampak
yang signifikan pada bagaimana organisasi dirasakan.
referensi :
Rachmadi,F.1994.Public Relations dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
referensi :
Rachmadi,F.1994.Public Relations dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar